“Orang yang dalam dadanya tidak ada sedikit pun dari Alquran, ibarat rumah yang bobrok.” (HR. At-Tirmidzi)
Maha Bijaksana Allah swt. yang menciptakan kehidupan dengan segala
kelengkapannya. Laut yang luas dengan segala kandungannya. Langit yang
biru dengan gemerlap hiasan bintang-bintangnya. Dan kehidupan manusia
dengan kelengkapan aturan dan rambu-rambunya.
Berdekat-dekatlah dengan Al-Quran, hati akan memperoleh kesegaran.
Hati sebenarnya mirip dengan tanaman. Ia bisa segar, layu, dan kering.
Karena itu, hati butuh sesuatu yang bisa menyuburkan: siraman air yang
menyejukkan, kehangatan matahari yang menguatkan, dan tanah gembur yang
banyak makanan.
Untuk hati, siraman air adalah cahaya Al-Quran, kehangatan matahari
adalah nasihat, dan tanah gembur merupakan lingkungan yang baik. Hati
yang selalu dekat dengan Al-Quran bagaikan tanaman yang tumbuh di
sekitar mata air nan jernih. Ia akan tumbuh subur dan kokoh.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu
kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan
ayat-ayat suci Al-Quran dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada
mereka ketenangan, dilingkupi pada diri mereka rahmat, dilingkari para
malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka pada makhluk yang
ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
Berdekat-dekatlah dengan Al-Quran, pandangan akan menemukan
kejernihan. Secanggih apa pun sebuah gagasan, pemikiran; selama tidak
bersandar pada Al-Quran, selama tidak dibimbing Al-Quran, hanya akan
berkutat pada persoalan teknis. Bukan sesuatu yang ideal. Hanya akan
berkutat pada materi dan materi.
Itulah yang diraih peradaban Barat saat ini. Sekilas kehidupan
masyarakatnya seperti makmur sejahtera, padahal nilai-nilai sosial di
sana sudah luntur. Idealita hidup menjadi begitu dangkal. Nilai hidup
dan kemanusiaan menjadi tidak begitu dihargai.
Begitu pun ketika umat Islam berjarak dengan Al-Quran. Semakin jauh,
pola pikir akan terjebak pada persoalan materi. Masalah yang muncul
tidak pernah terselesaikan. Karena gagasan tidak mampu menyentuh
persoalan inti, cuma berkutat pada yang kulit.
Krisis bangsa ini ada pada sisi moral. Dan itu ada dalam jiwa
manusia. Upaya perubahan tidak akan punya arti jika tanpa ada pembenahan
pada jiwa manusia. Allah swt. berfirman, “…Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan sesuatu kaum sehinga mereka mengubah keadaan yang ada
pada jiwa mereka sendiri….” (Ar-Ra’du: 11)
Berdekat-dekat dengan Al-Quran akan menyegarkan jiwa. Segala syahwat
buruk yang melahirkan emosi jahat bisa terkikis. Pandangan pun akan
menjadi jernih. Maha Suci Allah dalam firman-Nya, “Dan Kami turunkan
dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman, dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim
selain kerugian.” (Al-Isra’: 82)
Berdekat-dekatlah dengan Al-Quran, langkah akan mendapat bimbingan.
Siapa pun kita, tetap tidak bisa keluar dari sifat sebagai manusia.
Kadang melangkah dengan semestinya, kadang juga tersasar. Inilah di
antara kelemahan manusia yang tidak bisa menentukan dengan kemampuan
dirinya: mana jalan yang benar, dan mana yang tidak. Ia butuh bimbingan.
Hati yang segar dan pemikiran yang jernih akan menggiring langkah ke
jalan yang lurus. Khusus mereka yang selalu dekat dengan Al-Quran,
jalan kehidupan seperti dilengkapi rambu-rambu. Begitu jelas.
Kalaupun ia tersasar karena sifat manusianya, akan ada rasa tidak
nyaman. Firasat imannya seperti memberikan sinyal. Bisa dalam bentuk
kegelisahan, keraguan, dan sebagainya. Ia tidak lagi butuh teguran
apalagi hukuman. Cukup dengan isyarat dari Allah swt., kesadaran pun
kembali segar.
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan
berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya
kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya
itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadiid: 28)
Berdekat-dekatlah dengan Al-Quran, kita tidak akan pernah sendirian.
Keimanan dalam hati seseorang bisa terang, bisa juga redup. Ketika
redup itulah, seorang mukmin seperti dalam kesendirian. Ada ketakutan,
putus asa, ketidakmampuan, dan sejenisnya. Dunia seperti hutan lebat
tanpa seorang pun di sana, kecuali dia seorang. Ia sangat butuh teman.
Seorang mukmin yang membaca Al-Quran, ia seperti sedang berdialog
dengan seorang teman sejati. Yang siap menunjukkan yang salah dan yang
benar. Ia menuntun sang teman kepada jalan yang baik, penuh kebahagiaan
dan keselamatan.
Rasulullah saw. mengatakan, “Siapa yang ingin berdialog dengan
Rabbnya, maka hendaklah dia membaca Al-Quran.” (HR. Adailami dan
Al-Baihaqi)
Kini semua pilihan terhampar. Petunjuk dan rambu-rambu pun sudah
diberikan. Tinggal kita yang harus menentukan: memilih jalan bersama
Al-Quran, atau tidak. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “…maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir….” (Al-Kahfi: 29)
sumber : http://ilmu-surga.blogspot.co.id/2011/08/berdekat-dekatlah-dengan-al-quran.html
0 Response to "Siapa yang ingin berdialog dengan Rabbnya, maka hendaklah dia membaca Al-Quran"
Post a Comment